Sunday, April 17, 2011

Media Sosial untuk Perubahan Sosial: Politik dan Ekonomi





Kebebasan tidak lain adalah sebuah kesempatan untuk menjadi lebih baik ~ Albert Camus

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Seperti Facebook, Twitter, YouTube, MySpace, Blog, dan sebagainya. Sebuah terobosan dahsyat di bidang teknologi komunikasi atau lebih dikenal teknologi Web 2.0 (baca two-point-o). Memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang; berbagi minat dan ide, foto-foto, video dan menyebarkan informasi dengan cepat, langsung dan tanpa batas.

Selama kurang dari sepuluh tahun terakhir, teknologi sosialisasi Web atau dikenal teknologi sosial ini telah merelovusi cara kita berkomunikasi dan berkolaborasi secara online. Setiap hari, lebih dari 175 juta orang log in ke Facebook. YouTube menerima lebih dari 2 miliar pemirsa setiap hari, dengan video di-upload ke YouTube per menit oleh pemirsa. Setiap detik, lebih dari 600 tweet di-update ke Web untuk khalayak di seluruh dunia. Dan angka-angka tersebut tumbuh secara ekponen. Baca laporan selengkapnya di “Inilah Fakta Menakjubkan Media Sosial 2010.”

Menurut Brian Solis, media sosial merepresentasikan demokratisasi informasi dan pemerataan pengaruh. Di situlah letak baik tantangan dan peluang bagi individu, perusahaan atau organisasi. Saat ini, siapapun bisa membuat, menerbitkan, dan mendistibusikan ide-ide, pandangan, berita, dan informasi. Konten bisa berkelilng ke seluruh dunia melalui berbagai saluran dan orang-orang yang terhubung, lebih cepat daripada waktu yang Anda butuhkan untuk membaca kalimat ini.

Saat ini kekuatan teknologi sosial, ketika terlibat secara penuh, dapat menjadi semacam revolusi. Bergabungnya kekuatan-kekuatan dapat menyediakan individu-individu, kelompok dan korporasi ke dalam wawasan teknologi sosial, peralatan untuk memacu penyebaran ide-ide, dan kemampuan untuk mendorong/menghasut tindakan yang cepat menular. 

Salah satu atribut penting dari komunikasi real time pada umumnya dan media sosial khususnya adalah mudah diakses dalam membuat penyebaran informasi massal untuk orang-orang biasa. Seperti ditulis Greg di postingannya berjudul “Why The Web Wins, Web dirancang dengan dua atribut dasar yaitu: konektivitas dan universalitas, keduanya menyediakan diri untuk gerakan-gerakan politik organik.

Sebagai contoh, meski bukan sebagai penyebab dasar, media sosial memiliki peran penting dalam revolusi di Tunisia dan Mesir belum lama ini. Khususnya dalam menyebarkan kata-kata dan dalam membantu para organisator merencanakan protes mereka. Di Mesir, para aktivis dan kubu posisi mudah memobilisasi massa dan mengkoordinasikan gerakan unjuk rasa melalui Facebook dan Twitter. Jaringan sosial itu bisa menjadi media alternatif dengan menayangkan video-video bentrokan yang segera tersebar di seluruh dunia melalui YouTube dan Blog. Dengan sangat cepat ratusan ribu kaum muda di negeri Piramida itu mengakses grup-grup yang ada di media sosial tersebut. 

Di bidang kemanusiaan, hanya pada tahun ini, Palang Merah Internasional (Red Cross) mengumpulkan lebih dari 40 juta dollar US untuk membantu bencana gempa di Haiti melalui donasi pesan teks. Teknologi sama yang biasa kita gunakan untuk mem-“poke” teman-teman kita atau retweet artikel menarik ini merupakan satu-satunya yang dapat menghubungkan dan memobilisasi kita untuk membawa perubahan. 

Peristiwa-peristiwa tersebut telah memberikan definisi baru untuk revolusi, menunjukkan kepada kita betapa banyak daya yang bisa dimanfaatkan di ujung jari kita. Dari sini kita mulai memahami bagaimana teknologi sosial dapat secara fundamental menggeser bagaimana kita terlibat dengan dan menginspirasi semua orang yang berjejaring dan memberdayakan mereka untuk berpartisipasi dalam sebuah gerakan perubahan secara global. 

Tindakan Kecil Menciptakan Perubahan Besar

Jadi, jika kita tahu maha daya media sosial, lantas apa yang membedakan orang-orang yang menggunakan media sosial untuk sesuatu yang lebih berkekuatan daripada hanya untuk bersenang-senang atau bermalas-malasan?

Clay Shirky, seorang professor Media Baru di Universitas New York, AS dalam postingannya di Foreign Affarirs berjudul “The Political Power of Social Media” mengatakan media baru kondusif untuk mendorong partisipasi dan bisa meningkatkan kebebasan. Hanya, salah satu yang perlu disayangkan tentang ide media baru sebagai kekuatan politik adalah bahwa kebanyakan orang hanya menggunakan alat-alat ini untuk perdagangan, kehidupan sosial, atau gangguan-diri. 

Jika kita menggunakan kesempatan itu untuk perubahan sosial, jenis perbedaan apa dapat kita buat? Berapa banyak orang dapat kita libatkan? Pengaruh apa dapat kita miliki secara individu, korporasi atau dunia? Ini saatnya bagi kita untuk mempergunakan kekuatan media sosial untuk kebaikan sosial.

Jennifer Aaker dan Andy Smith dalam bukunya berjudul “The Dragonfly Effect: Quick, Effective, and Powerful Ways to Use Social Media to Drive Social Change” menganalogikan bagaimana kita menggunakan kekuatan media sosial untuk menghasilkan sebuah dampak dengan kalimat: tindakan kecil menciptakan perubahan besar. Dengan mencontoh gerakan capung, seekor serangga yang dapat menggerakkan dirinya sendiri ke segala arah – dengan kecepatan dan kekuatan yang dahsyat – ketika empat sayapnya sedang berkepak. Makhluk kuno, eksotis dan tidak berbahaya ini mengilhami pentingnya upaya-upaya terintegrasi. Hal ini juga mempertunjukkan bahwa tindakan kecil dapat menghasilkan gerakan-gerakan besar. 

Tanpa menghiraukan perubahan yang Anda cari untuk pengaruh di komunitas, negara dan bahkan dunia – apakah untuk menginpirasi orang lain untuk bergabung dengan gerakan sosial Anda, memobilisasi perubahan politik, atau hanya memenuhi kebutuhan individu – pertimbangkan untuk menggerakkan penyebab/alasan Anda dari kesadaran ke tindakan.

Berlawanan apa yang mungkin Anda pikirkan, mempromosikan tujuan pribadi (personal) adalah tak terpisahkan secara sosial. Untuk menjadi sukses, Anda harus menterjemahkan gairah Anda ke dalam cerita yang sangat kuat dan menyatakannya dalam cara yang membangkitkan “energi menular”, sehingga khalayak Anda tercermin pada update Facebook, tweet, postingan blog, atau email Anda. Dengan melakukan hal itu, Anda menghasilkan partisipasi, jaringan, pertumbuhan, dan efek reaksi – kekuatan yang mengkombinasikan untuk membentuk gerakan dimana orang-orang merasakan mereka menjadi bagian. Tujuan pribadi Anda kemudian menjadi kolektif.

Efek Capung mengikat kita ke orang lain, untuk komunitas yang lebih besar, dan untuk alasan-alasan sosial. Benar-benar tidak ada cara yang lebih baik untuk memperkuat koneksi antara diri kita sendiri dengan ruang lingkup kita, memenuhi kebutuhan psikologi dan emosial kita, dan, di atas segalanya, menciptakan makna dalam hidup kita dari dengan membudidayakan kebaikan sosial.

Kerapatan Jaringan

Solis dalam sebuah postingan brilliant tentang peran media sosial dalam revolusi, menyoroti kerapatan jaringan (ikatan yang dibuat antara orang-orang) sebagai faktor penentu dalam peristiwa di Mesir. Maksudnya bahwa media sosial, dengan memfasilitasi koneksi, membangun kerapatan jaringan, sehingga mengurangi jarak sosial dan memungkinkan tindakan.

“(R)evolusi informasi terkini ini yang sedang kita alami di berbagai belahan dunia secara global bukan mengenai teknologinya itu sendiri, tetapi lebih tentang sosiologi dan bagaimana mengubah perilaku kita dan masyarakat sebagai hasilnya,” kata Solis.

Jika persatuan adalah efek, kerapatan adalah penyebabnya. Tetapi untuk mencapai kerapatan, ikatan harus dibentuk dengan cepat tanpa kekuatan atau berumur panjang di seputar misi atau tujuan bersama. Kerapatan tidak bisa dicapai jika jaringan tidak bisa menyediakan sumber daya yang diperlukan. Jadi, potensi untuk aktivasi ada di dalam jaringan sosial itu sendiri seperti Facebook, Twitter, YouTube, Blog, dan lain-lain. Di samping jaringan sosial, pemicu untuk aktivitas sosial tidak diragukan dibangun-di dalam Internet.

Sebagaimana arena komunikasi menjadi lebih padat, lebih kompleks, dan lebih partisipatif, populasi jaringan mendapat akses yang lebih besar ke informasi, lebih banyak peluang untuk terlibat dalam pidato-pidato publik dan kemampuan ditingkatkan untuk melakukan tindakan kolektif. Gelombang gerakan gaya Tunisia dan Mesir demikian halnya.

Dalam kaitan ini, Shirky berpendapat jaringan digital telah bertindak sebagai sebuah kejutan yang menawarkan kepositifan secara besar-besaran pada biaya dan penyebaran informasi, untuk kemudahan dan menyusun pidato publik oleh warga, dan untuk kecepatan dan skala koordinasi kelompok. Memungkinkan kelompok-kelompok berkomitmen untuk bermain dengan aturan baru tanpa perlu izin dari negara atau bantuan dari media penyiaran dan berarti bahwa perilaku kelompok dapat disinkronkan dengan cepat, murah dan memasyarakat dengan cara-cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Pada awal 2010, tim peneliti di Departemen Ilmu Komputer di Korea Advanced Institute of Science and Technology melakukan analisis multi-bagian dari Twitter. Dalam kesimpulan mereka menemukan bahwa Twitter adalah cara yang sangat efektif untuk menyaring dan menyebarkan informasi yang relevan. Hal itu merupakan fusi cepat perikatan dalam jaringan berpopulasi padat untuk mengaktifkan kerapatan yang diperlukan untuk memicu efek jaringan.

Tim peneliti menggunakan insiden penerbangan Air France untuk memvisualisasikan kepadatan dan distribusi, berikut ini:




Bagaimanapun penggunaan alat media sosial seperti pesan teks, e-mail, photo sharing, jaringan sosial, dan sejenisnya tidak memiliki hasil yang ditakdirkan tunggal. Dibutuhkan suatu kejadian yang luar biasa untuk mengaktifkan kerapatan di jaringan yang kuat, namun luas dan kacau. Tapi, itu adalah mungkin, dan untuk berbagai tingkatan, itu terjadi setiap hari. Dalam hal dimana perencanaan dan desain seputar aksi dan hasil yang diatur, hasilnya terbukti sangat menjanjikan dan dapat ditiru.

Fakta dan Potensi di Indonesia

Seperti dikemukakan oleh beberapa pengamat, faktor-faktor pendorong utama gerakan revolusi di Mesir dan Tunisia lebih disebabkan adanya sejumlah persoalan sama selama puluhan tahun yaitu penindasan oleh rezim otoriter, korupsi, kemiskinan, dan pengangguran. Lalu, mengapa begitu banyak orang ingin percaya bahwa media sosial dapat memulai revolusi demokrasi baru? Apa arus sosiologis lebih mendasari keyakinan tersebut?

Mark A. Shields, seorang sosiolog dan pengajar di Departemen Ilmu Humaniora dan Sosial, Universitas Isik di postingannya berjudul “Social Media and Political Revolutions: Fact and Fiction” menjelaskan, di masyarakat seperti Tunisia dan Mesir, di mana sebanyak 50 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun, dapat diprediksi sepenuhnya untuk melihat protes yang dipimpin oleh para aktivis kaum muda, terdidik, melek Internet (dan menganggur). Sosial media sekarang ujung terkemuka di Internet. Bagaimana harus membebaskannya untuk menemukan bahwa tweet dan postingan Facebook dapat mengisi bahan bakar aspirasi demokrasi dan bukan hanya mengisi ruang kosong kehidupan sehari-hari.

Kalau diperbandingan dengan Indonesia, persoalan-persoalan pokok yang dihadapi tak jauh beda. Demokrasi yang dikuasai elit, korupsi, pengangguran, kemiskinan, penegakan hukum, dan buruknya moral para pemimpin bangsa telah menjadi PR bagi kita semua pada umumnya dan para kaum muda pada khususnya untuk melakukan tindakan menuju perubahan sosial. 

Seperti Hinh Tran menulis di Berkeley Political Review, sementara teknologi saja tidak dapat menyebabkan jatuhnya pemerintah, hal ini jelas dapat membantu mengkatalisasi pelajar-pelajar idealis, para intelektual dan penduduk yang marah, tertindas ke tindakan yang memungkinkan mereka untuk mengorganisir dan bertukar pikiran secara online.

Dengan mempertimbangkan penetrasi jumlah pengguna Internet di Indonesia terus meningkat. Data Internet World Stats menyebutkan, pada 2009, Indonesia menduduki peringkat kelima negara pengguna Internet terbesar di Asia setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Total pengguna internet di Indonesia hingga 30 Juni 2010 mencapai 30.000.000, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,400 persen selama sepuluh tahun terakhir.

Selain itu, Facebook secara resmi mengumumkan bahwa mereka memiliki lebih dari 500 juta pengguna di dunia pada Juli 2010 lalu. Menurut laporan tersebut, Indonesia adalah negara dengan pengguna Facebook terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Posisi Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan total jumlah pengguna sebanyak 25,9 juta. Sedangkan AS menempati urutan pertama dengan jumlah pengguna mencapai 125,8 juta, dan disusul Inggris dengan jumlah pengguna 26,5 juta. Dan jumlah ini hanya terus meningkat secara keseluruhan. Baca selengkapnya di “Indonesia, Negara Pengguna Facebook Terbesar Ketiga di Dunia.” 


Ini adalah sebuah pergeseran budaya dan sebuah kejutan budaya. Pada akhirnya, senjata yang sebenarnya adalah kekuatan komunikasi berjejaring itu sendiri. Mereka yang merangkul peran sebagai pelajar di masa-masa ini akan mendapatkan kemampuan untuk memimpin kita menuju era baru dari solidaritas.

Mengutip kata-kata Bung Karno: 

Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.

Terima Kasih Facebook

Sunday, April 10, 2011

Peranan Facebook Dalam Ekonomi Global




Pernahkah Anda membayangkan bila suatu ketika Anda melakukan transaksi di dunia virtual? Dengan menggunakan mata uang virtual yang berfungsi sebagai (semacam) kredit, Anda berbelanja produk-produk atau layanan virtual terkait aplikasi yang disediakan dan dikelola oleh sebuah platform di jejaring sosial. 

Tak lama lagi, hal itu bukan mustahil segera terjadi. Facebook misalnya, dengan lebih dari 600 juta pengguna dan taksiran nilai lebih dari US$ 70 miliar, Facebook menjadi platform jejaring sosial yang dominan di dunia. Venessa Miemis, seorang futurist yang tinggal di Beacon, New York, Amerika Serikat tengah mengembangkan sebuah proyek penelitian berjudul “The Future of Facebook Project”. Dengan melibatkan para ahli dan pemimpin gagasan di seluruh dunia, Venessa mencoba memaparkan beberapa pandangan menarik mereka tentang evolusi mata uang virtual, dan peran potensial Facebook dalam membangunnya.

Sebuah PR besar yaitu ketika kita mengkaitkan langsung mata uang dengan uang, berkembangnya web sosial dan kuantifikasi menggeser realitas menjadi lebih inklusif dari jenis-jenis modal yang sebelumnya tak berwujud. Berikut pemaparan Venessa tentang bagaimana Facebook akan berinteraksi dalam ekonomi global.

Ada banyak spekulasi belakangan ini tentang peran Facebook Credit bisa bermain menjadi mata uang virtual secara global, dan bahkan kemungkinan Facebook dapat menjadi sebuah bank. Dalam banyak hal, Facebook sudah menjadi sebuah bank - hanya bukan dalam arti tradisional. Facebook memanfaatkan kekuatan grafik sosial dan secara pasti telah mengadopsi definisi yang diperluas dari apa arti  'mata uang'. Tinggal saatnya kita untuk melompat ke sana.

Uang adalah alat yang kita gunakan untuk transaksi berjarak, dimana tidak ada asumsi dari setiap jenis hubungan atau kepercayaan antar pihak. Tapi sebagai data yang dipetakan pada tingkat percepatan - dari kuantifikasi diri, untuk data kontekstual dan relasional tentang lokasi dan interaksi kita, untuk pilihan dan pendapat kita, untuk pertukaran dan transaksi kita - kita sedang mewariskan akses ke basis informasi yang jauh lebih kaya dalam peralatan pengambilan keputusan kita.

Apakah ini berarti bahwa uang bukanlah satu-satunya jenis mata uang yang dapat memfasilitasi transaksi lagi? Jaringan Kepercayaan dapat dimanfaatkan untuk rekomendasi dan arahan, sedangkan algoritma analisis prediktif dapat menyarankan jenis orang, produk, jasa, atau peristiwa yang akan beresonansi dengan kepribadian atau seperangkat nilai kita. Satu set alat penyaringan baru sedang muncul yang membentuk di mana kita mengarahkan perhatian dan sumber daya kita, yaitu niat dan tindakan.

Petunjuk-petunjuk kontekstual sekitar data tersebut menjadi mata uang atas diri mereka sendiri, sebagaimana mereka memberi kita lebih banyak informasi untuk membuat pilihan atau memutuskan siapa yang harus dipercaya. Berikut adalah tiga contoh mata uang yang mempunyai dampak pada pembentukan paradigma ekonomi baru dan mendefinisikan kembali bagaimana kita mendefinisikan, membangkitkan dan mempertukarkan nilai: Facebook Credit, identitas online, dan reputasi.

Kredit sebagai Mata Uang

Facebook Credit adalah mata uang virtual yang digunakan di dalam Facebook untuk pembelian barang-barang virtual terkait dengan aplikasi yang dikelola pada platform Facebook. Mereka seperti bukti-bukti yang akan Anda gunakan untuk bermain game di Chuck E. Cheese - bagus untuk hiburan kasual, tapi tidak terlalu mengancam ekonomi dunia nyata. Masih belum.

Apa yang terjadi ketika individu dan perusahaan menjadi lebih nyaman dengan ide menerima mata uang virtual dalam pertukaran untuk berbagai jenis interaksi, barang atau jasa?

"Semakin kita bergerak ke dalam dekade selanjutnya, mata uang fisik akan lebih sulit untuk dibedakan dari mata uang virtual seperti Facebook Credit," kata Brett King, penulis Bank 2.0. "Kita akan mulai melihat ekonomi baru yang muncul melalui media sosial dimana mata uang virtual akan menjadi bagian yang sangat nyata dari cara orang berdagang dan menjual informasi, berkolaborasi pada ide-ide dan nilai berbagai produk dan jasa."

Dalam waktu dekat, kita akan cenderung melihat para pengecer menemukan cara kreatif untuk menggunakan Kredit untuk memikat orang-orang untuk berinteraksi dengan mereka, mengkhotbahkan merek mereka, dan mendapatkan loyalitas pelanggan. Misalnya, setiap kali Anda melakukan polling, menonton iklan, atau memberitahu teman Anda tentang pembelian yang Anda dibuat, Anda dapat menerima Kredit dari perusahaan yang kemudian akan ditukarkan dengan barang atau diskon.

"Kita mungkin melihat semacam gamification dari dunia nyata terjadi melalui Facebook Credit, dimana berbagai vendor luar, bisnis, dan penyedia layanan dapat memberi kita Facebook Credit, memungkinkan kita untuk membayar dengan Facebook Credit, dan mengupah kita dengan Facebook Credit untuk tindakan yang mereka ingin untuk kita lakukan, "jelas Nova Spivack, seorang pengusaha teknologi dan pendiri Lucid Ventures.

Dalam jangka panjang, Facebook Credit dapat menjadi benar-benar mengacaukan dengan menjadi mata uang untuk peminjaman peer to peer, mikrotransaksi, dan untuk penggunaan yang dilakukan oleh bukan-bank di pasar yang muncul di seluruh dunia. Sebagai contoh, bayangkan suatu saat Anda mengklik tombol "Like" untuk kampanye aktivitas sosial yang Anda dukung, Anda juga bisa menambahkan donasi kecil untuk penyebab (cause) melalui akun Kredit Anda. Atau bagaimana jika Facebook berevolusi untuk memiliki fungsi seperti Zopa atau Lending Club, memungkinkan Anda untuk secara langsung meminjamkan dan meminjam dengan pengguna Facebook lainnya, dan mendapatkan tingkat bunga yang besar. Memperluas satu langkah lebih lanjut bagi Facebook menawarkan sistem transfer uang berbasis selular (mobile) secara keseluruhan, sesuatu seperti M-PESA, yang kemudian dapat menciptakan mekanisme sederhana untuk keuangan mikro internasional. Jika Facebook berjalan sejauh ini, Kredit bisa cepat berhadapan dengan pengawasan peraturan jika mereka benar-benar mempengaruhi atau mendevaluasi mata uang di pasar lain.

Sebagai kapitalis perusahaan Eghosa Omoigui mengusulkan, "Saya menduga bahwa Facebook akhirnya mungkin harus membuat platform perdagangan yang memungkinkan mereka untuk secara konstan menandai-ke-pasar seperti halnya Kredit."

Kemungkinan di sini hanya dibatasi oleh kemampuan kita untuk meramalkan kemungkinan keluar  skenario dari apa yang terjadi ketika transaksi dilakukan mudah, aman, dan bebas dari gesekan. Jadi Kredit adalah contoh jelas dari sebuah mata uang virtual baru yang bisa memiliki beberapa implikasi yang jauh, dan tentunya akan menghadapi tantangan regulasi baru serta satu set pesaing baru karena mereka memperluas penawaran mereka. Tapi apakah ada mata uang lain yang Facebook ciptakan dalam ekosistemnya?

Identitas sebagai Mata Uang

Bagaimana Anda membangun identitas online Anda, dan di mana informasi tersebut disimpan? Apakah itu penting? Ini lebih penting daripada yang kita tahu.

Setiap kali Anda meng-upload foto, membuat komentar, menambah teman, mengklik link, atau melakukan pembelian, bahwa data sedang dipanen untuk membuat peta dan simulasi dari Anda. Ini informasi sangat berharga, dan Facebook mendapatkannya. Belum oleh kesalahan yang telah mereka buat yaitu sebuah kemudahan masuk ke portal ke web sosial, dimana log in melalui Facebook Connect memberikan akses ke sejumlah situs dan layanan lain.

Bahkan dengan menganalisis bagian data ini, banyak informasi dapat diekstrak dan diprediksi tentang Anda. Sebagai contoh terkait, Wakil Presiden Google Marissa Meyer telah diklaim pada festival SXSW tahun ini dimana perusahaan kartu kredit bisa melihat pada kebiasaan belanja dan memprediksi dengan akurasi 98%, dua tahun sebelumnya, ketika pasangan akan bercerai. Menarik. Kita jadi ingin tahu apakah Facebook mampu memprediksi, dan bagaimana informasi dapat dilayani sampai ke pengiklan.

Jika tren berlanjut dimana log in melalui profil Facebook Anda merupakan metode sederhana untuk verifikasi, beberapa ahli berspekulasi ini bisa mengarahkan Facebook berkembang menjadi sebuah utilitas yang aktual untuk identitas. Kita telah melihat perusahaan-perusahaan iklan sendiri melalui profil Facebook mereka (www.facebook.com/perusahaan). Tampaknya mungkin bahwa para pengguna Facebook dapat melakukan hal yang sama. Lagi pula, jika orang mau mempercayai data sensitif ke Facebook, perusahaan bisa menggunakan info untuk menawarkan harga yang lebih baik pada mobil atau asuransi kesehatan, atau membantu Anda mengamankan pinjaman, melalui platform. Meskipun hal ini bisa tampak nyaman untuk pengguna rata-rata, hal ini membawa implikasi serius dalam hal bagaimana pemerintah akan merespon.

"[Identitas] akan menjadi medan pertempuran di mana seluruh pembelajaran ini akan berlangsung, karena hari ini semua artefak manusia milik pemerintah secara fisik dan logis, dan bukan  jaringan sosial. Tetapi kemampuan untuk memindahkan segala bentuk aset antara dunia virtual dan dunia fisik membutuhkan kesamaan pemahaman identitas," kata JP Rangaswami, Kepala Ilmuwan untuk salesforce.com.

Diskusi seputar siapa yang memiliki data dan identitas online Anda dan mengapa itu penting masih belum benar-benar mengenai mainstream, meskipun ada komunitas seperti Personal Data Ecosystem Consortium yang mendorong untuk kepemilikan individu, standar terbuka dan interoperabilitas. Identitas seseorang adalah informasi sangat berharga, dan beberapa orang akan berpendapat bahwa meskipun kenyamanan menyewa pihak ketiga yang memiliki data sendiri, hal ini benar dan dan etis milik individu. Sementara itu, Facebook memainkan peran yang kuat dalam cara kita menggunakan identitas di web, dan  informasi tentang diri kita dan grafik sosial kita yang dibagi setiap kali kita log in dan berinteraksi.

Reputasi sebagai Mata Uang

Jika Anda familiar dengan layanan seperti Klout dan PeerIndex, Anda menyadari tugas dari mengukur reputasi, wewenang dan pengaruh secara online berjalan dengan baik. Hanya sebagai nilai positif dalam hal akun eBay Anda jika Anda berencana untuk terus melakukan bisnis di sana, kita di ambang memiliki metrik penilaian sosial sempurna yang akan menjadi semakin penting untuk bisnis dan individu untuk dipertimbangkan.

Sebagai contoh, ketika mencari sebuah produk atau layanan, kita tidak hanya akan melihat berbagai perbandingan antara perusahaan dengan penawaran serupa, tetapi juga bagaimana jaringan sosial kita memandang kinerja dan kualitas merek itu. Kita sudah bisa melihat dimana saja teman-teman kita "menyukai" suatu situs web tertentu yang terjadi untuk menampilkan plugin sosial Facebook di sidebar mereka. Ketika pendapat mengenai sebuah merek dapat ditampilkan lebih kokoh, kita akan tahu tidak hanya bahwa Anda "menyukai" merek, tapi kenapa. Ini memberikan informasi pada kedua sisi - reputasi merek, dan nilai-nilai individu. Jadi jika saya memilih untuk hanya berinteraksi dengan merek yang memiliki proyek baik niat dan tindakan yang sesuai dari apa yang saya anggap "baik," yang dapat mencakup praktek-praktek bisnis yang berkelanjutan, transparansi keuangan, tanggung jawab sosial, dan, saya berani mengatakan, etika perusahaan, hanya mereka dengan reputasi yang jatuh dalam spektrum yang akan membuatnya melalui saringan dalam aliran saya.

Seperti Brett Raja kemukakan, "Metrik sosial, dan penggunaan platform seperti Facebook akan memiliki umpan balik yang sangat nyata berkenaan dengan penilaian dari sebuah merek secara ekonomis, dan jelas bahwa akan berpengaruh langsung pada pendapatan yang mungkin bagi penyedia di ruang. Jadi kecuali jika Anda bermain di ruang merek sosial, kecuali jika Anda terlibat dalam percakapan, metrik sosial Anda akan terpengaruh secara negatif, dan itu akan memiliki efek pada pendapatan, profitabilitas, dan nilai merek Anda."

Kekuatan semacam analisis sentimen seputar merek, isu, peristiwa, orang, atau topik apa pun tidak dapat diremehkan. Metrik tersebut menjadi lebih rinci, menjadi lebih mudah untuk membuat keputusan pembelian dan inisiatif dukungan yang lebih lengkap sejalan dengan nilai-nilai kita. Reputasi seseorang dan status sosial, dan cara mereka dianggap berdasarkan kata dan tindakan mereka, yang paling pasti mata uang.

Di luar fungsionalitas pada bagaimana kita berinteraksi dengan merek, dan bahkan mungkin lebih menarik untuk dipertimbangkan, adalah bagaimana mata uang reputasi ini dapat berdampak pada hubungan peer to peer dan kemitraan bisnis potensial. Memang agak mengecewakan untuk beberapa jenis informasi yang lolos untuk profil Facebook. Tentu, Anda dapat menunjukkan di mana Anda bersekolah dan jenis hiburan yang Anda suka, tetapi hal itu tidak berguna sama sekali dalam hal menemukan cara untuk menghasilkan nilai ekonomis bersama dengan orang lain.

Facebook memiliki peluang untuk menciptakan pasar untuk niat, inovasi, dan kewirausahaan, jika memperluas sejauh mana individu dapat mengekspresikan modal kemanusiaan mereka dan menemukan orang lain dengan kepentingan atau tujuan bersama. Ketika saya dapat mengekspresikan jenis keterampilan yang saya miliki, sumber daya yang saya memiliki untuk mengakses, modal intelektual saya, hubungan dan koneksi sosial saya, dan jenis proyek atau usaha bisnis atau penyebab-penyebab yang saya ingin terlibat, keseluruhan dimensi interaktivitas baru akan muncul. Ketika orang lain dapat menjamin kualitas pekerjaan saya atau pengetahuan atau keahlian saya, jenis profil dan reputasi kuat yang kemudian ada adalah sangat berharga bagi saya dan bagi peluang ekonomi potensial yang bisa saya dapatkan.

Tak satupun dari contoh-contoh tersebut harus tampak seperti sebuah rentangan. Dalam beberapa hal, ini adalah langkah logis berikutnya dalam evolusi Facebook. Sebagai penulis teknologi Kevin Kelly berkata, "Apa yang kita tahu dari sejarah yang sangat singkat dari kehidupan online kita adalah komunitas yang mendahului perdagangan; tidak ada perdagangan tanpa komunitas. Apa yang Facebook lakukan adalah semacam meledakkan komunitas menjadi 500 juta atau bahkan satu miliar dengan segera. Ketika kita memiliki komunitas satu miliar, yang berarti bahwa potensi untuk perdagangan adalah sangat besar, sangat luas, dan kita belum pernah melihat itu sebelumnya."

Pernyataan tersebut membicarakan ke kita sebagai pengguna, dan bagaimana kita secara potensial dapat berinteraksi satu sama lain, tidak mesti bagaimana kita bisa berinteraksi dengan entitas perusahaan atau merek. Facebook telah mengepung kita semua dalam taman bertemboknya, dan membuat tempat untuk berbagi foto dengan teman-teman, mengikuti berbagai peristiwa, dan mungkin mengklik beberapa iklan. Namun peluang untuk menggunakan analisis sentimen dan prediktif untuk benar-benar memfasilitasi pertalian orang-orang di seputar keinginan dan tujuan bersama bisa menjadi benar-benar transformatif dalam mempercepat laju inovasi sosial dan penciptaan lapangan kerja.

Ini bukan masalah apakah ini akan terjadi, tetapi kapan. Para pengguna sudah mempompa berton-ton data ke Facebook tentang preferensi dan selera mereka hal itu hanya belum cukup terlayani kembali ke mereka dengan cara yang bermanfaat secara ekonomis. Tapi jika dan ketika mereka melakukannya, hal itu akan menciptakan pasar di mana reputasi Anda akan menjadi cukup penting dalam mendapatkan prospek untuk apa yang mungkin disebut masa depan pekerjaan."

Mata Uang Baru = Bank Baru

Kita berharap hal ini menyediakan suplai makanan untuk gagasan tentang perkembangan definisi mata uang dan apa yang mungkin kita pertimbangkan: sebuah bank. Kita tadinya membuat hal-hal tak berwujud dan tak terlihat menjadi transparan, terukur, dan dapat diperdagangkan, dan yang membuka pintu ke banyak kemungkinan baru untuk seperti apa transaksi ekonomi dan pertukaran terlihat. Perusahaan media sosial seperti Facebook memahami nilai yang sangat besar dalam menjadi jaringan penghubung dari web sosial dan penyedia data dan grafik sosial Anda.

Facebook akan terus tumbuh dan menghadapi tantangan baru sebagaimana mengancam kontrol struktur kelembagaan tradisional yang telah memiliki mata uang dan identitas pribadi. Implikasi dari satu kesatuan sejumlah informasi ini berada di luar cakupan artikel ini, tapi jelas layak mendapat penilaian kritis. Pelanggaran privasi yang sangat besar dan wake up call tersebut belum terjadi, jadi tidak terlalu terlambat untuk bertanya apa yang dipertaruhkan ketika data Anda tercantum dalam sebuah silo digital yang dimiliki oleh orang lain.

Nah, apa pendapat Anda tentang hal ini?