Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran social media sekarang
ini menjadi kian penting bagi eksistensi organisasi dan perusahaan yang sedang
berkembang. Social media telah mendemokratisasi pengaruh, mengubah cara
organisasi/perusahaan berkomunikasi dengan konsumen, dan bagaimana konsumen
mempengaruhi keputusan pembelian rekan-rekan sejawatnya.
Kehadiran social media yang menawarkan konsep komunikasi dua
arah, sekaligus membuka peluang dan tantangan bagi organisasi dan perusahaan
untuk terjun dan terlibat di dalamnya. Dengan memanfaatkan teknologi yang mudah
diakses dan relatif murah ini untuk berhubungan dengan pelanggan dan pelanggan
potensial secara langsung, lebih cepat dan menjangkau khalayak sasaran lebih
luas.
Kepopuleran social media yang sangat cepat menjadi pintu
bagi organisasi dan perusahaan untuk meningkatkan brand awareness dan
memfasilitasi percakapan dengan pelanggan secara efektif. Perusahaan bahkan
dapat menerima feedback langsung dari konsumen/pelanggan dan khalayak
sasarannya.
Hanya saja, penggunaan social media jika tidak dicermati
secara hati-hati dapat menimbulkan bencana atau social media disaster dan memicu
terjadinya krisis komunikasi. Percakapan menyangkut merek, produk-produk dan jasa
berlangsung setiap hari, dengan dan/atau tanpa sepengetahuan kita. Lebih buruk
lagi, tanpa partisipasi kita. Kekuatan teknologi sosial berpengaruh dan
memiliki pola dasar yang revolusioner untuk mengekspos dan menyebarkan opini
publik. Konsumen dan pelanggan bebas menuliskan dan menyebarluaskan pengalaman
baik dan buruknya dalam mengonsumsi merek, produk-produk dan jasa melalui
social media.
Ketidakpahaman para karyawan di organisasi/perusahaan dalam
penggunaan social media, khususnya dalam berperilaku secara online, juga dapat
memicu terjadinya social media disaster. Sebaliknya, dengan membekali para karyawan
dengan pengetahuan dan praktik dasar-dasar social media, organisasi/perusahaan
dapat menghindari potensi terjadinya social media disaster. Dan bahkan dapat
menjadikan para karyawan sebagai duta-duta merek atau brand ambassador di social
media.
Disinilah saatnya bagi organisasi/perusahaan perlu untuk
mempersiapkan pelatihan social media atau social media training bagi
karyawannya. Tujuannya untuk memberikan pemahaman secara komprehensif tentang
prinsip-prinsip komunikasi di social media dan sekaligus aplikasi penggunaan
social media sebagai peralatan bisnis yang bernilai bagi organisasi/perusahaan.
Berikut ini empat langkah dalam mempersiapkan program social
media training untuk para karyawan di organisasi/perusahaan Anda:
1. Tentukan Tujuan Pelatihan
Langkah pertama sebelum melakukan pelatihan adalah
menentukan terlebih dulu maksud dan tujuan pelatihan. Hal ini bisa dilakukan
dengan mengenali permasalahan-permasalahan yang terjadi di organisasi/perusahaan
Anda dan kebutuhan mendesak apa saja yang diperlukan. Sebagai contoh, sebagian
besar karyawan mungkin tidak memahami implikasi perilaku online mereka di
social media misalnya dengan memposting status atau foto yang buruk tentang
organisasi/perusahaan atau membocorkan dokumen-dokumen rahasia. Atau mungkin
sebagian karyawan tidak paham cara mengaplikasikan social media dan bagaimana
membuat profil dan konten yang baik.
2. Pilih Target Peserta
Setelah memiliki tujuan, langkah berikutnya yaitu menentukan
target peserta pelatihan. Hal ini tergantung pada tujuan pelatihan Anda seperti
tersebut di atas. Misalnya pelatihan untuk para manajer, untuk
karyawan yang khusus terlibat atau menangani saluran social media di
organisasi/perusahaan Anda, atau untuk semua karyawan. Penentuan target peserta
ini nantinya terkait dengan materi yang akan diberikan pada pelatihan.
3. Materi Pelatihan
Pemberian materi pelatihan sifatnya berjenjang, tergantung
pada target peserta pelatihan. Untuk pelatihan para manajer misalnya, materi lebih
difokuskan pada konsep-konsep pokok dan implikasi penggunaan social media
daripada sekedar penggunaan peralatan social media. Pelatihan untuk para
karyawan bisa difokuskan untuk mendidik karyawan menjadi duta-duta merek secara
efektif melalui penggunaan platform social media secara tepat, manfaat dan
implikasinya bagi organisasi/perusahaan.
Sedangkan pelatihan untuk karyawan yang khusus terlibat dan
menangani saluran social media di organisasi/perusahaan, tentu diperlukan
materi lebih spesifik tentang pemahaman berbagai platform social media dan
bagaimana memanfaatkannya untuk organisasi/perusahaan.
4. Kemas Secara Menarik
Faktanya, tidak sedikit karyawan yang merasa bahwa mereka sudah tahu social
media atau justru gaptek sama sekali. Dalam hal ini, pelatihan perlu
dirancang secermat mungkin dan tepat sasaran. Gunakan metode pelatihan yang
ringkas, menyenangkan dan menarik dengan menyertakan contoh-contoh praktis yang
terjadi sehari-hari. Pertimbangkan juga untuk menghadirkan pelatih atau pakar
social media yang mumpuni dan menarik dalam penyampaiannya.
Pada akhirnya, membuat program social media training untuk
mendukung strategi komunikasi dan pemasaran di organisasi/perusahaan Anda tidak
harus berbiaya mahal atau membutuhkan waktu lama. Pelatihan semacam ini hanya
memerlukan waktu satu sampai dua hari, tergantung jumlah peserta pelatihan.
Bandingkan dengan resiko yang akan ditanggung oleh organisasi/perusahaan jika
justru mengabaikannya.
Bagaimana model pelatihan social media di tempat kerja Anda? Silakan
berbagi pengalaman di sini.
No comments :
Post a Comment