Media sosial, diantara banyak hal, merupakan pintu gerbang kita untuk penemuan dan interkoneksi. Ketika jaringan sosial mungkin tampak sepele, kebenarannya kita keluar dari apa yang kita letakkan ke dalamnya. Tapi ini melampaui waktu dan energi yang kita keluarkan untuk partisipasi dari hari ke hari. Investasi kita di media sosial menghasilkan dividen terbesar ketika maksud dan tujuan bertemu personifikasi dan keterlibatan.
Kita didefinisikan oleh apa yang kita bagi dan siapa yang kita kenal, dan dalam dunia bisnis, media, dan pendidikan, arsitektur jaringan sosial telah mengubah grafik sosial menjadi grafik minat. Ini bukan tentang berhubungan dengan siapapun dan setiap orang, tetapi tentang berhubungan dengan orang yang tepat, pada saat yang tepat, dan di tempat yang tepat. Mereka adalah katalis sosial kita yang tidak hanya terlibat, tetapi yang lebih penting, membantu kita membuat skala. Sehingga, jaringan sosial kita menjadi serangkaian nichework yang terkoneksi dimana masing-masing komunitas di sekitar kita dibudidayakan secara individu berdasarkan minat, motivasi, dan harapan. Ini lebih besar dari hubungan interpersonal.
Bisnis di industri apapun, juga harus fokus pada koneksi langsung. Bagi manajer merek, tersambung ke grafik minat baru permulaan. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata dan dengan berfokus pada kebutuhan dan harapan konsumen sosial yang beraneka ragam, kita bisa terhubung apa yang disebut hubungan online person to person (P2P).
Merek + Konsumen Sosial + Influencer = Grafik Merek
Menurut Brian Solis, tujuan merek di jaringan sosial diantaranya:
- Membangun komunitas dan hubungan.
- Menciptakan (alat) pengangkat merek.
- Komunitas aktif yang perlu ditindaklanjuti.
- Memperlihatkan niat baik.
- Meningkatkan sosial dari pemusatan biaya ke pemusatan laba.
Senang Bertemu Anda!
Meskipun tidak cukup untuk mengukur keberhasilan kampanye media sosial dengan kuantitas 3F: Friend, Fan dan Follower, mengetahui siapa mereka dan apa yang menggerakkan mereka adalah keharusan. Setelah kita memahami siapa saja yang kita jangkau dan mengapa, kita menyadari realitas bahwa tak ada satupun ukuran media sosial cocok untuk semua. Setelah kita mengidentifikasi dan menghubungkan dengan berbagai wajah konsumerisme sosial. Memahami mengapa konsumen mengikuti merek merupakan bahan untuk pengembangan konten yang berarti dan resep keterlibatan.
Berikut tabel alasan seseorang menjadi fan merek:
Sebagai ilustrasi, Ad-ology baru saja mengeluarkan laporannya untuk membantu mewujudkan 3F sehingga kita bisa memulai diversifikasi program sosial kita. Ad-ology mewawancarai sampel (nasional) dari 2.111 orang Amerika tentang minat dan sikap mereka tentang keberadaan merek di jaringan sosial. Mari kita lihat orang-orang di belakang Like dan Follow berikut ini:
Demografi
1. Usia
- Twitter: Sebanyak 42,3% dari mereka yang mengikuti merek di Twitter berusia antara 25-34. Sisanya masing-masing 21.1% = 35-44, 19.7% = 18-24, 11.3% = 45-54.
- Facebook: Seperti Twitter, mayoritas pengikut merek di sosial merupakan kelompok usia 25-34. Dibandingkan dengan Twitter, ada perbedaan yang besar yaitu 42,3% untuk Twitter dan 30,1% untuk Facebook. Kelompok usia teratas juga mengikuti komposisi Twitter, masing-masing 27.3% = 35-44, 14.8% = 18-24, 13.7% = 25-54
2. Ras
- Twitter: Mayoritas pengikut merek yang merespon dalam survei ini melaporkan bahwa mereka berkulit putih yaitu 81,7%. Namun, budaya penting untuk terlibat pada berbagai tingkat dan memerlukan keseimbangan demografi dan koneksi psikografis.
- Facebook: Untuk Facebook terlihat variasi dalam persentase. Di Twitter, Hispanik berbahasa Inggris yang mengikuti merek sebanyak 8,5% atau persentase terbesar kedua. Di Facebook, mereka mewakili sebesar 4,7% atau persentase terbesar ketiga, di belakang komunitas Afrika Amerika, yang merupakan persentase terbesar kedua dengan 10,2%.
3. Anak
- Twitter: Sebanyak 56,3% melaporkan bahwa mereka tidak memiliki anak, sedangkan 43,7% dari pengguna Twitter yang mengikuti merek memiliki anak.
- Facebook: Twitter dan Facebook pada kenyataannya identik dalam kategori ini. Penggemar (fan) dan pengikut (fllower) tanpa anak melebihi jumlah mereka dengan anak-anak di rumah. Twitter: 56.3%, Facebook: 55.3%.
4. Status Pernikahan
- Twitter: Sama dengan mereka yang punya dan tanpa anak, mayoritas partisipan yang dilaporkan mengikuti merek adalah lajang (59,2%).
- Facebook: Di Facebook, pembagian antara orang-orang telah menikah dan lajang yang me-like merek hampir sama 51,9% dan 48,1%. Di Twitter, hampir 60% dari pengguna yang mengikuti merek adalah lajang.
5. Pendidikan
- Twitter: Menurut survei, 31% dari pengguna Twitter yang mengikuti merek telah selesai kuliah. 28,2% telah memperoleh gelar Bachelor's degree. Dan, 19,7% melanjutkan kuliah ke Grad School.
- Facebook: Menurut angka-angka ini, Twitter dan Facebook menarik untuk kelompok orang-orang berpendidikan dan lebih dari sepertiga, pada gilirannya, memilih untuk terhubung dengan merek.
6. Gender
- Twitter: Di Twitter, lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki mengikuti merek yaitu 54,9% vs 45,1%. Perempuan, pada umumnya, melebihi laki-laki di jaringan sosial dan juga paling membual di seluruh Twitterverse.
- Facebook: Mirip dengan Twitter, lebih banyak perempuan daripada laki-laki terhubung dengan merek di Facebook. Menariknya, lebih banyak perempuan me-like merek di Facebook (65,8%) daripada di Twitter (54,9%).
Kesimpulan
Konsumen sudah menunjukkan bahwa mereka siap untuk membantu Anda, mereka hanya butuh pengakuan, keterlibatan, dan terutama, pemberdayaan. Tentu ini berlaku untuk merek-merek yang memahami siapa mereka, tidak hanya berusaha untuk menjangkau, tetapi juga konsumen mencoba untuk terhubung dengan mereka yang akan berhasil dalam menciptakan komunitas yang bermakna dan interaktif dalam relevansi jaringan sosial. Pada akhirnya, melihat di luar demografi akan memungkinkan merek untuk menunjukkan empati untuk menimbulkan hubungan emosional yang melampaui ekonomi dan jaringan du jour.
Bagaimana di Indonesia? Saat ini saya tengah mengumpulkan beberapa hasil penelitian menyangkut orang-orang yang mengikuti merek di Facebook dan Twitter, bersumber dari beberapa skripsi dan thesis. Silakan tunggu hasilnya.
No comments :
Post a Comment